Negeri Awan Merah


NEGERI AWAN MERAH

Penulis: Fahri Asiza
Ilustrator: Telia
Penerbit Beranda Hikmah
Cet 1, September 2005, vii+188 hal, 20 cm, Rp.24.500,00
ISBN 979-3714-58-1

Kalau dilihat dari biodata penulis di halaman belakang, nampaknya ini adalah buku pertama fantasi anak dari Fahri Asiza. Buku-buku sebelumnya diantaranya adalah beberapa serial remaja (Serial Syakila, Serial Ray, dll), Serial Dayak (DAR! Mizan) untuk anak, dan beberapa novel anak lepas Rinduku Padamu Ibu, Bunga-Bunga Kertas, Mencari Ajeng, dan Kita Semua Anak Negeri Ini (GIP, 2004), Menangkap Hantu dan Melacak Jejak Pencuri (Zikrul Hakim, 2004).


Fahira kesal karena ditegur ibunya jangan ngambek atas hal sepele. Lalu ia memutuskan untuk bersembunyi di dalam gudang di belakang rumah. Rupanya, gudang itu membawanya masuk ke negeri Awan Merah, negeri di mana langitnya berwarna kuning dan awannya berwarna merah. Negeri ini dikuasai oleh seorang makhluk jahat bernama Gronthos. Gronthos mempunyai banyak anak buah yang sama kejamnya.

Selanjutnya Fahira berjumpa dengan Putri Shafira, dan akhirnya mengetahui sejarah negeri itu. Ketika Putri meminta tolong Fahira untuk menaklukkan Gronthos, apa yang akan dilakukannya?


Novel ini penuh dengan hal-hal ajaib, diantaranya hewan-hewan yang bisa berbicara, makhluk separuh manusia separuh rusa, baju ajaib, bahkan karpet terbang. Bagian yang paling saya sukai adalah ketika Fahira beberapa kali mengelabui dan akhirnya mengalahkan para tokoh jahat dengan mengandalkan kecerdikan otaknya (hal 80-83 dan 160-164), di mana Gronthos justru mengandalkan kekuatan fisik. Sayangnya, kekuatan Gronthos ini juga membawa pada hal yang kurang saya sukai, yaitu terlalu banyak kematian yang tidak perlu. Mungkin maksudnya untuk menunjukkan betapa jahatnya si Gronthos. Tapi untuk buku anak seharusnya bisa lebih disiasati lagi.

Membaca buku ini mungkin akan membuat teringat buku-buku yang lain yang pernah dibaca sebelumnya. Memang plotnya mengikuti salah satu contoh plot dasar cerita fantasi yang sudah teruji puluhan tahun: "Si tokoh (atau beberapa tokoh) masuk ke dunia 'lain' di mana ia mengalahkan penguasa jahat (atau yang tidak berhak atas tahtanya)". Beberapa yang selintas termasuk cerita ini adalah "Mio Anakku" (Astrid Lindgren), "The Lion, the Witch, and the Wardrobe" (C. S. Lewis), "The Wizard of Oz" (Baum), "Kampung Cahaya" (Imam R.) dan "Pinissi" (?)(Mama Piyo). Tentu saja, siapa pun berhak memakai ide ini, baik sengaja maupun tidak, tapi yang membuat sebuah buku terasa beda tentu adalah kemampuan si pengarang mengembangkan detil cerita, apa yang menjadi tema dan fokus cerita, serta gaya penuturan pengarang.

0 comments:

Newer Post Older Post Home