Miranda: Jangan Ambil Nyawaku (Cloning Miranda)
Carol Matas
Kaifa, Oktober 2003,196 halaman

Buku ini tidak terlalu baru, tapi saya termasuk suka dengan isinya. Meskipun ditujukan buat remaja, buku ini mengangkat hubungan anak dengan orang tua, dan layak juga untuk konsumsi anak-anak, terutama yang pra-remaja.

Bagaimana rasanya jadi anak sempurna? Cerdas, cantik, sehat, pandai menari, kaya pula. Itulah Miranda. Ia anak sangat penurut, dan selalu berakal sehat. Sikapnya yang dewasa dan tidak pernah membantah membuat orang tuanya bangga padanya. Menjelang remaja, keadaannya ini membuat Miranda sendiri heran. Ia mulai menganggap dirinya aneh, karena tidak seperti anak lainnya.

Suatu hari, pandangan matanya kabur. Dokter menvonisnya menderita penyakit langka. Padahal ia belum pernah sakit sebelumnya. Ayah-ibunya bukan hanya kalang kabut, tapi mulai bertingkah aneh, seperti menutup-nutupi keadaan Miranda, menyembunyikan foto-foto, dan yang paling utama adalah berbohong. Setahu Miranda, mereka selalu terbuka apa adanya, tapi sekarang?

Dia akhir cerita Miranda mengetahui mereka rupanya berbohong SANGAT besar mengenai kehidupannya. Ia harus menghadapi kenyataan bahwa selama ini ayah-ibunya "menyihirkan" suatu kehidupan sempurna untuknya. Mengapa ia begitu pandai, sehat, baik, tidak ada kekuarangan apapun sebelumnya, rupanya ada penyebabnya. Dan rahasia itu terbongkar dengan menyakitkan, karena cara yang mereka tempuh salah.

Beberapa bagian buku ini cukup mencekam. Tahukan kalau misalnya saat baca buku misteri/nonton film, si tokoh utama dengan akalnya harus berjuang melewati "musuh", dan kita harap-harap cemas mendukungnya hanya dapat menonton? Nah rasanya seperti itu. Musuh/antagonis di sini adalah sang orang tua yang melakukan segala cara untuk menghalang-halangi Miranda menemukan kebenaran. Bagi saya, penulis berhasil menggiring rasa penasaran pembaca, sekaligus rasa haru.

Di buku ini ada: teman setia, ilmuwan "gila", klinik misterius, dan seperti judulnya, ada kloning. Kloning manusia. Saya tidak mau bilang hubungannya dengan kloning di mana. Silakan dibaca sendiri. Semua itu diramu bersama konflik dengan orang tua menjadi buku yang unik. Endingnya pun, walaupun bukan 100% baik-baik saja, menurut saya paling memuaskan. Yang jelas saya tidak bisa memikirkan yang lebih baik.

Unsur medis, meski unsur yang cukup penting, tidak menjadikan buku ini berat dibaca. Penjelasan tidak ribet-ribet, makanya pembaca awam pun bisa mengerti. Tentang kloning manusia, penulis membawakan tema yang kontroversial ini dengan netral. Pada keseluruhan memang tersirat bahwa (secara duniawi) kloning tidak seindah yang kelihatan di mata, masih banyak kelemahan-kelemahan teknologi ini. Tapi ini terserah pembaca, mau berpikiran apa karena yang jadi sorotan dalam buku ini adalah, orang tua yang atas nama cinta jadi berpikiran sempit.

0 comments:

Newer Post Older Post Home