HOZZO: FERRES YANG HILANG
I B G Wiraga
Ilustrasi oleh E Bendung W
Penerbit Liliput, Maret 2005, 506 hal
ISBN 979-38132-3-7
fiksi ilmiah/fantasi anak
Alan selalu merasa penasaran atas pengalaman-pengalaman aneh yang dialaminya belakangan ini. Bersama adiknya Chris, sepupunya Natta, dan beberapa orang temannya (Phil dan Sharon) dari kota Windfall, ia terseret dalam kejadian demi kejadian yang semakin membingungkan. Tapi ketika rahasia ayah Alan terbongkar, justru petualangan yang sebenarnya baru dimulai.
Alan dan teman-temannya diharuskan meninggalkan bumi. Selama ini pula mereka bertemu banyak teman baru (alien). Selanjutnya mereka memutuskan untuk membentuk sebuah kelompok yang bernama Hozzo, dengan kegiatan pertama mencari Ferres -- salah seorang Pangeran Mahkota dari planet Hexes -- yang dikabarkan hilang.
Berbagai musibah terjadi beruntun, dan untungnya para anggota Hozzo selalu selamat. Akan tetapi mereka jadi yakin: Ada pihak tertentu yang mengincar nyawa mereka. Tapi siapa dan mengapa? Apakah oleh alien Seleorg yang selalu menguntit mereka dan terkenal pendendam? Ataukah ada hubungan dengan dua anak alien pengungsi yang bergabung dengan Hozzo tapi mengaku selalu membawa nasib malang? Atau ini berhubungan dengan Ferres yang hilang?
***
Dengan tebal sekitar 500 halaman, buku ini adalah fiksi anak berlatar luar angkasa yang seru. Sungguh menakjubkan membaca khayalan mengenai dunia-dunia lain, makhluk-makhluk aneh, serta teknologi-teknologinya. Walaupun demikian, deskripsi tersebut tidak membosankan karena diselingi dengan perkembangan cerita yang penuh petualangan mendebarkan. Selain itu banyak perkembangan cerita yang tidak terduga, tapi sebelum-sebelumnya kita sudah diberi banyak "clue" oleh penulis.
Kadang-kadang terlalu banyak istilah-istilah asing yang diselipkan di sana-sini dan membuat agak puyeng. Memang hal ini membuat kesan lebih detil, tapi untunglah selalu disertai penjelasan dan tanpa dihafal pun cerita dapat dimengerti.
Jika dilihat dari judul, Ferres yang Hilang, maka bagian cerita tentang Ferres ini baru dimulai/disinggung setelah masuk cukup jauh (> 100 halaman). Di awal-awal lebih banyak perkenalan tokoh serta latar belakang Allan, Chris, dll dan kejadian-kejadian yang menghantarkan mereka meninggalkan bumi. Tapi bagian awal ini pun banyak misteri, sehingga saya terus membalikkan halaman.
Novel ini memuat banyak sekali tokoh-tokoh, baik manusia, alien, bahkan robot yang berinteligensia (dan berkepribadian). Ada tokoh yang sudah hidup seperti Phil, Chris, Alan, dan satu dua yang lain. Tapi sayangnya, masih ada yang tidak jelas perannya dalam cerita apa, selain ikut rombongan Hozzo ke sini dan ke sana. Hmm, mungkin ini berpotensi untuk dikembangkan dalam cerita-cerita selanjutnya?
Harriet Si Mata-Mata
(Judul asli: Harriet the Spy)
Penulis: Louise Fitzhugh
Penerjemah: Sari Kusuma W.
Penerbit Little K, Februari 2006, 376 halaman, Rp.43.000,00
Harriet ingin menjadi mata-mata. Ia selalu membawa buku catatan untuk menuliskan hasil pengamatannya. Bahkan lebih jauh lagi, ia meluangkan waktu tiap hari untuk mengintip dan menguping kegiatan tetangga beserta teman-temannya. Semua kejadian dituangkan di dalam bukunya apa adanya.
Suatu hari buku tersebut jatuh ke tangan teman-teman Harriet. Mereka marah besar atas hal-hal menyakitkan hati yang ditulis Harriet mengenai mereka. Akhirnya Harriet dimusuhi teman-teman sekelasnya, bahkan kedua sahabat dekatnya. Apa yang terjadi selanjutnya? Silakan dibaca.
Buku ini menampilkan penokohan anak yang bagus. Harriet, walaupun tidak selalu berlaku bagai 'malaikat', dapat selalu dipahami tindakannya. Hubungan Harriet dengan teman-teman sangat realistik, tanpa dibuat-dibuat. Orang-orang dewasa di sekitar Harriet (orang tua, pengasuh, guru-guru) juga digambarkan dengan wajar dan layaknya orang dewasa yang punya akal sehat, tetapi justru lewat buku ini kita 'mengintip' cara pandang anak terhadap tingkah laku para orang tua dan bagaimana usaha keras anak dalam memahami hal-hal di sekitar mereka. Terakhir, bagian yang paling saya sukai, buku ini ditaburi banyak kutipan dari buku catatan Harriet. Satu-satunya yang mengganggu adalah ilustrasinya yang menggambarkan Harriet berambut pendek (tidak sampai sebahu), padahal di halaman pertama bab satu disebutkan rambutnya panjang.
Label: classics, general fiction, resensi, translation
saya serin
MISI #22: TANTANGAN
Penulis: Yunita Candra Sari
Penerbit DAR! Mizan
Cet 1, November 2005, 172 hal, 17 cm
ISBN 979-752-283-0
Pemenang Harapan 2 Sayembara Novel Anak Islami 2005 DAR! Mizan.
Amel, Yuka, Gilang, dan Helmi tidak tahu mengapa Dani beserta dua temannya bersikap memusuhi sejak kelas lima. Oleh karena itu, Amel dkk memutuskan untuk menjaga jarak saja. Saat menginjak kelas 6, keempat sekawan ini memutuskan untuk melakukan misi penting terakhir kelompok mereka sebelum lulus SD. Ketika mereka mengetahui bahwa adik Helmi berkawan dengan adik Dani, maka malulah Helmi atas permusuhannya dengan Dani. Akhirnya diputuskan bahwa misi terakhir mereka, Misi # 22, yaitu mencari tahu penyebab sikap Dani, serta mencoba menjadikannya sebagai teman. Maka dimulailah masa-masa yang menguras kesabaran, demi mendekati Dani dan kedua temannya.
Salah satu kekuatan buku ini adalah penokohan yang jelas, padahal jumlah tokohnya lumayan banyak, di samping tema pertemanan dan permusuhan yang disampaikan dengan asyik. Selain itu pengaturan kecepatan (pacing) serta pengembangan konflik bagus, yang dimulai dari penggambaran sikap sehari-hari Dani dkk., kemudian ketika memutuskan misi #22 ada pertentangan batin bahwa mereka tidak akan sanggup/tidak ada gunanya, dilanjutkan dengan hambatan-hambatan saat mendekati Dani, sampai kekacauan besar yang terjadi. Mungkin yang terasa kurang sreg yaitu ending masih kurang jelas/kurang meyakinkan apakah para anak-anak benar-benar berhasil lolos dari kejaran Bang Yosep. Seharusnya dibuat lebih jelas lagi. Kalau memang dimaksudkan begitu adanya karena dianggap bukan permasalahan utama (permusuhan dengan Dani), tetap agak kurang adil bagi pembaca yang sudah tegang-tegangnya mengikuti elemen Bang Yosep yang lumayan banyak (2 bab terakhir) dan termasuk bagian klimaks cerita.
Label: general fiction, resensi
OLA, SI KANTONG KRESEK
Penulis: Hikmat Sudjana
Ilustrator: Dyotami
Penerbit DAR! Mizan
Cet 1, Januari 2006, 92 hal, 17 cm
ISBN 979-752-330-6
Ola adalah anak periang, berani, dan pantang menyerah. Salah satu keunikannya adalah kesukaannya memakai kantong kresek sebagai pengganti tas sekolah, oleh karena itu ia dijuluki Si Kantong Kresek. Ketika Asih (teman Ola) dan keluarganya diusir keluar dari kontrakan mereka karena belum membayar sewa, Ola ikut prihatin atas nasib mereka dan dengan cara yang merupakan khas kepribadiannya mencoba membantu mereka. Dan ketika usaha pertamanya gagal, dan Asih beserta keluarganya benar-benar harus pergi, Ola begitu sedih dan tidak mau menerima itu terjadi. Apa yang selanjutnya dilakukan Ola?
Cerita ini walau pendek dan ditulis dengan ringan, menyentuh perasaan karena segala yang dilakukan Ola begitu polos dan berasal dari hatinya. Empatinya pada sesama tak diucapkan dengan kata-kata, tapi langsung ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan (tentu dalam cerita ini masih hal-hal yang sesuai dengan logika anak-anak pula). Sifat seperti inilah yang perlu lebih digali dari masyarakat zaman sekarang, baik anak-anak maupun dewasa. Saya membayangkan, harusnya para orang tua di desa Ola malu semua, karena ketika mereka sudah menyerah, Ola yang kemampuannya masih kecil adalah satu-satunya orang yang masih tergerak untuk terus berusaha walau dengan cara yang (tampaknya) remeh temeh. Untunglah semua berakhir bahagia. Apakah karena ini cerita fiksi?
Label: general fiction, resensi
RAMALAN MBAH JAMBRONG
(Kumpulan Cerita Anak)
Penulis: Benny Rhamdani
Ilustrator: Nonoy
Penerbit DAR! Mizan
Cet 1, November 2005, 92 hal, 17 cm
ISBN 979-752-316-0
Buku ini berisi sebelas cerita pendek anak dengan latar sehari-hari di baik di rumah maupun di sekolah. Walaupun berlatar sehari-hari, cerita-cerita di buku ini tetap menarik dan membikin kagum bahwa hal-hal yang sederhana dapat dijadikan cerita bagus.
Cerita yang menjadi judul depan buku "Ramalan Mbah Jambrong" menceritakan tentang Karin yang kesal karena Danu adiknya bertingkah seenaknya setelah diramal oleh Mbah Jombrang. Atas usul temannya, Karin mengajak ibu dan adiknya untuk bertemu Mbah Jombrang untuk diramal kembali. Bagaimana hasil ramalannya? Dan berubahkan sikap Danu?
Cerita-cerita lain yang bertema tentang kepercayaan atas hal-hal tahyul dan sejenisnya yaitu "Pigura Pecah" dan "Peri Gigi". Selain itu juga ada cerita tentang ketidaksukaan yang tidak berdasar/tidak adil pada seseorang ("Adikku Hans", "Karena Mas Lato", "Gembala Itik", "Ayahku Seorang ..."). Ada juga cerita tentang mengharapkan imbalan dari berbuat baik ("Pamrih"), pertemanan dengan teman sekolah ("Rumahku di Gang", "Pemilas", "Ayahku Seorang ...", "Pendekar Tempe"). Favorit saya sukai adalah cerpen terakhir, "Gembala Itik".
Label: general fiction, resensi, short stories
TEKA-TEKI ANGKA EMPAT
(Kumpulan Cerita Anak Matematika)
Penulis: Janu Ismadi, S.Pd
Ilustrator: Mantox
Penerbit DAR! Mizan
Cet 1, Maret 2006, 112 hal, 17 cm
ISBN 979-752-350-0
Buku ini berisi enam cerita pendek yang menampilkan tokoh Pak Cerdas Barus yang gemar matematika serta kedua anaknya Kevin Tara dan Cendi Kia yang sama-sama cerdas serta menggemari matematika. Guru matematika Kevin Tara bahkan sering dibuat salah tingkah karena kesalahannya ditunjukkan oleh Kevin. :)
Buku seperti ini tergolong unik, karena menggabungkan matematika dengan cerita pendek. Muatan matematika yang diselipkan dalam cerita lebih berupa keajaiban-keajaiban serta aplikasi menarik dari matematika itu sendiri. Jadi pembaca tidak dituntut untuk memahami penjelasannya (bahkan tidak semuanya diberikan penjelasannya), tapi lebih kepada agar kita tergelitik untuk mencari tahu lebih lanjut. Buku ini akan menggugurkan cap bahwa matematika itu ilmu kering yang tidak menarik dan rumit, karena disampaikan dalam bentuk cerita tanpa memuat bahasa maupun istilah matematika yang sulit.
Daftar cerita:
(1) Teka-teki Angka Empat (bermain-main dengan operasi pada angka empat untuk mendapatkan angka lain).
(2) Kartu Penebak Umur (penggunaan angka basis dua pada kartu penebak umur)
(3) Dua Kesalahan Satu Kebenaran (persamaan peubah banyak dalam permainan kata-kata)
(4) Kevin Tara Dilawan!, dan (5) Cendi Kia yang Hebat
(rumus-rumus perkalian dengan jalan pintas)
(6) Warisan Pythagoras (cerita tentang penggunaan rumus pythagoras dengan setting zamannya Pak Pythagoras sendiri)
Label: general fiction, resensi, short stories
Fahira kesal karena ditegur ibunya jangan ngambek atas hal sepele. Lalu ia memutuskan untuk bersembunyi di dalam gudang di belakang rumah. Rupanya, gudang itu membawanya masuk ke negeri Awan Merah, negeri di mana langitnya berwarna kuning dan awannya berwarna merah. Negeri ini dikuasai oleh seorang makhluk jahat bernama Gronthos. Gronthos mempunyai banyak anak buah yang sama kejamnya.
Selanjutnya Fahira berjumpa dengan Putri Shafira, dan akhirnya mengetahui sejarah negeri itu. Ketika Putri meminta tolong Fahira untuk menaklukkan Gronthos, apa yang akan dilakukannya?
Novel ini penuh dengan hal-hal ajaib, diantaranya hewan-hewan yang bisa berbicara, makhluk separuh manusia separuh rusa, baju ajaib, bahkan karpet terbang. Bagian yang paling saya sukai adalah ketika Fahira beberapa kali mengelabui dan akhirnya mengalahkan para tokoh jahat dengan mengandalkan kecerdikan otaknya (hal 80-83 dan 160-164), di mana Gronthos justru mengandalkan kekuatan fisik. Sayangnya, kekuatan Gronthos ini juga membawa pada hal yang kurang saya sukai, yaitu terlalu banyak kematian yang tidak perlu. Mungkin maksudnya untuk menunjukkan betapa jahatnya si Gronthos. Tapi untuk buku anak seharusnya bisa lebih disiasati lagi.
Membaca buku ini mungkin akan membuat teringat buku-buku yang lain yang pernah dibaca sebelumnya. Memang plotnya mengikuti salah satu contoh plot dasar cerita fantasi yang sudah teruji puluhan tahun: "Si tokoh (atau beberapa tokoh) masuk ke dunia 'lain' di mana ia mengalahkan penguasa jahat (atau yang tidak berhak atas tahtanya)". Beberapa yang selintas termasuk cerita ini adalah "Mio Anakku" (Astrid Lindgren), "The Lion, the Witch, and the Wardrobe" (C. S. Lewis), "The Wizard of Oz" (Baum), "Kampung Cahaya" (Imam R.) dan "Pinissi" (?)(Mama Piyo). Tentu saja, siapa pun berhak memakai ide ini, baik sengaja maupun tidak, tapi yang membuat sebuah buku terasa beda tentu adalah kemampuan si pengarang mengembangkan detil cerita, apa yang menjadi tema dan fokus cerita, serta gaya penuturan pengarang.
Sang Pelukis Senyum
Penulis: Yuli Anita Bezari
Penerbit DAR! Mizan, November 2005, 156 halaman, Rp.18.000,00
Ayung sewaktu masih di desa pandai melukis. Tapi, setelah pindah sekolah ke kota, ia rupanya sadar bahwa ia tidak bisa menggambar orang-orang tanpa senyum. Orang-orang di desa selalu berwajah damai dan bahagia, tidak seperti orang-orang di kota. Brons dan Silver, dua orang temannya yang merasa tersaingi atas kemampuan Ayung, menantang Ayung untuk menggambar orang-orang yang tidak pernah tersenyum. Berbagai upaya dicoba Ayung dan teman-temannya, termasuk menyenangkan hati seorang anak jalanan yang harus di gambar Ayung. Sanggupkah Ayung? Baca!
Cerita ini manis, lucu, sekaligus mengharukan, terutama saat-saat Ayung berupaya menyelesaikan tantangan Brons dan Silver satu-persatu. Endingnya juga membuat saya tertawa. Satu hal yang agak aneh yaitu sebagian besar nama tokoh-tokoh anaknya berhubungan dengan warna (Lembayung/Ayung, Nila, Jingga, Gading, Brons, Silver).
Label: general fiction, resensi
Misteri di Gunung Teulabonari
(Judul asli: Time Stops for No Mouse)
Penulis: Michael Hoeye
Penerjemah: Danny Raharto, Rahmani Astuti
Penerbit MLC, Januari 2006, 284 halaman, Rp.34.000,00
Hermux Tantamoq adalah seorang tukang jam (tikus) yang hidup dengan tenang. Suatu hari, ia diminta untuk memperbaiki jam milik seorang petualang, Linka Perflinger. Ketika Linka tidak datang kembali untuk mengambil jamnya, Hermux merasa ada sesuatu yang terjadi pada Linka, dan memutuskan untuk menyelidikinya. Tanpa terduga, rupanya ia malah terlibat dalam petualangan yang berbahaya.
Alur buku ini cepat sekali, penuh dengan aksi dan ketegangan, bisa dikatakan ini buku "thriller" untuk anak-anak. Bab yang pendek-pendek membuat buku mudah dibaca. Satu-satunya protes saya adalah kovernya yang mirip kover buku non-fiksi. Sepintas lewat, judulnya bisa saja "Manajemen Waktu" karena gambar jam besar yang ada di depan.
NB. Buku kedua dari seri Hermux ini sudah terbit.
Label: fantasy, resensi, translation
(Judul asli: Herr der Diebe)
Penulis: Cornelia Funke
Prosper dan Bo adalah dua bersaudara yatim piatu yang melarikan diri ke Venesia dari tante mereka yang kejam. Di Venisia, mereka bergabung dengan sekolompok anak-anak jalanan. Mereka dilindungi dan diberi makan oleh seorang anak misterius yang menamakan dirinya "Pangeran Pencuri". Selanjutnya mereka mengalami petualangan seru di jalan-jalan/kanal-kanal Venesia.
Buku ini adalah salah satu buku yang saya inginkan seandainya saya baca waktu masih anak-anak. Tokoh-tokohnya banyak dan berwarna-warni, alurnya penuh dengan misteri dari awal sampai akhir. Selain itu setting Venisia-nya membuat cerita ini bersuasana fantastis (di bagian setengah akhir, nanti ketahuan bahwa ada unsur fantasinya, sedikit). Orang dewasa yang membacanya pun akan terpesona. Salah satu tema yang diangkat dengan menarik dalam buku ini yaitu: bahwa anak-anak pada umumnya tidak sabar ingin cepat dewasa, tapi orang-orang dewasa kebalikannya, mereka ingin mengulang kembali masa anak-anak.
Label: fantasy, resensi, translation
SARANG KALAJENGKING
(Judul asli: The House of the Scorpion)
Penulis: Nancy Farmer
Penerbit: Matahati, 2005
Genre: fiksi ilmiah
(Newbery Honor 2003, National Book Award)
Ringkasan cerita:
Di suatu zaman futuristik, kloning manusia adalah hal yang sudah biasa dilakukan. Aturannya adalah otak si klon harus dihancurkan (jadi layaknya binatang, tidak bisa berpikir). Matt (tokoh utama) adalah klon dari El Patron (seorang diktator di negara feudal Opium yang terletak antara Aztlan/Meksiko dan AS). Akan tetapi, tidak seperti klon lainnya, otak Matt tidak dihancurkan. Ini merupakan kehendak El Patron sendiri yang mempunyai kekuasaan besar. Di negara Opium pula, praktik menanamkan chip ke dalam otak (agar menjadi budak patuh yang tidak berpikir) berlaku, dan sering dilakukan pada orang-orang membangkang, serta imigran gelap yang tertangkap melewati perbatasan AS/Aztlan. Budak-budak ini dipekerjakan di perkebunan opium milik El Patron.
Matt kecil mengalami hidup yang kurang mengenakkan. Di masa kecilnya, ia diasingkan. Dan ketika diijinkan tinggal di rumah besar keluarga El Patron, semua keluarga El Patron membencinya dan tidak segan-segan menunjukkannya, bahkan kadang di depan El Patron sendiri. Matt harus menghadapi itu semua, dibarengi usahanya untuk memahami keberadaan dirinya dan tujuan El Patron membuatnya sebagai klon: apakah Matt ditakdirkan sebagai pewaris El Patron? atau El Patron ada rencana yang lain yang mengerikan.
Ketika El Patron meninggal, dan Matt menyadari apa yang akan terjadi ia berhasil melarikan diri dari Rumah Besar El Patron, kemudian lolos dari negara Opium ke Aztlan (dalam beberapa bab yang cukup menegangkan). Tapi rupanya ini hanyalah keselamatan yang semu. Ia keluar mulut singa masuk ke mulut buaya. Di Aztlan ia mengalami nasib yang hampir sama buruknya (diperbudak secara terselubung).
Komentar:
Ada buku yang jalan ceritanya heboh dengan alur cepat tapi isinya sekedar menghibur, bikin tegang/ketawa/senyum, lalu begitu selesai dilupakan. Sebaliknya ada juga yang nyastra sekali, isinya dalam, dan bertingkat-tingkat makna tapi dari segi cerita biasa-biasa saja, malah cenderung membosankan bagi pembaca awam (biasanya buku2 yang memenangkan penghargaan sastra). Nah, buku ini kuat dalam kedua hal, baik jalan cerita maupun isi (pesan). Dari awal sampai akhir selama membaca saya tidak bisa menduga, mau ke mana nanti ceritanya. Setidaknya penulis berhasil menjaga perhatian pembaca, tidak pernah berpanjang-panjang dalam hal yang tidak penting/membosankan, walaupun buku ini tergolong tebal.
Ceritanya seru, dan karena ini science fiction, sambil membaca kita juga disibukkan mencari tahu apa perbedaan dan persamaan dunia di buku dengan dunia sekarang. Di samping cerita yang menarik, sebagian isinya juga menyentuh perasaan dan nilai-nilai perenungan yang disampaikan sangat kuat (tanpa menggurui sama sekali), seperti ditulis di depan bukunya "persahabatan, pertahanan hidup" ataupun hal-hal yang lebih besar seperti makna kehidupan, kerusakan lingkungan, sistem masyarakat, dll. Tapi justru saya terkesan bahwa walau gen berperan mempengaruhi sifatmu, tapi justru ada hal lain yang juga penting, yaitu kemauan dari dalam diri, dan lingkungan.
Penulis bisa membuat tokoh utama Matt membuat pembaca berempati dan mendukungnya, walau dia tidak sempurna dan beberapa kali berlaku bodoh.
Label: fantasy, resensi, sf, translation
SI RAJA SAMPAH
(Judul asli: The Garbage King)
Penulis: Elizabeth Laird
Penerjemah: Jennifer E Silas
Penerbit: Karisma Publ. Group, 2005, 418 hal
(Nominasi Carnegie Medal)
Dari sampul buku:
Dalam kegelapan, Dani terloncat bangun. Di dekat tempat persembunyiannya terdapat suatu makhluk yang tinggi, kerempeng, berwajah liar.
Dani dan Mamo seharusnya tidak pernah bertemu.
Di ibukota Etiopia yang amat luas, mereka menjalani kehidupan yang sangat berbeda, begitu berbeda hingga hampir tidak bisa dipercaya. Rumah Dani adalah gedung besar yang penuh dengan pelayan--sementara Mamo tidak punya rumah sama sekali. Tetapi kini kedua anak laki-laki itu berada dalam pelarian, yang satu melarikan diri dari ayah yang keras dan kejam, yang lainnya menyelamatkan diri dari kehidupan sebagai budak. Nasib telah mempertemukan mereka, dan satu-satunya kesempatan mereka untuk bertahan hidup adalah dengan mempercayakan hidup mereka satu kepada yang lain.
Komentar:
Buku ini berlatar belakang Etiopia masa sekarang, dan sebagian besar menceritakan tentang dunia anak-anak jalanan di sana. Bagian yang paling saya sukai adalah separuh awal, karena sangat realistis menggambarkan dunia Mamo. Bukan berarti sisanya jelek, hanya saja pada bagian selanjutnya meskipun setting dan deskripsi realistis, sebagian ceritanya seperti dongeng (agak too good to be true).
Buku ini lumayan tebal, dan ada beberapa hal yang menurut saya tidak penting seperti cerita tentang kakaknya Mamo, tapi ya sudahlah, setidaknya memberikan tambahan jendela untuk melihat dunia Ethiopia.
Buku ini diberi label fiksi remaja, hanya saja isinya bisa cocok dengan anak yang lebih muda. Tapi sebagai warning (untuk ortu), di sini beberapa kali disebut sepintas para karakter anak jalanan mabuk. Kalau ini yang sebenarnya (realistis), saya pikir tidak mengapa dan tidak perlu ditutup-tutupi. Toh inti yang lebih disampaikan adalah tentang pemahaman diri, persahabatan, pengambilan keputusan, dan keberanian.
Label: general fiction, resensi, translation
MENGHITUNG BINTANG
(Judul asli: Number the Stars)
Penulis: Lois Lowry
Penerjemah: Daisy Mansoor Subakti
Penerbit: Serambi, Jakarta, Sept 2005, 212 hal
Genre: fiksi sejarah
ISBN: 979-16-0067-8
(Pemenang Newbery Medal)
Dari jaket buku:
"Seberapa beranikah engkau, Annemarie?" Paman Hendrik bertanya kepada keponakannya yang berusia sepuluh tahun. Saat itu tahun 1943, dan bagi Annemarie Johansen, kehidupan di Kopenhagen bercampur-aduk antara kehidupan sehari-hari di rumah dan di sekolah, kekurangan makanan, dan kehadiran tentara Nazi. Keberanian tampak seakan sifat yang samar-samar--yang hanya dimiliki pada ksatria pembunuh naga dalam dongeng menjelang tidur yang ia ceritakan kepada adiknya. Dan tak lama kemudian, ia pun harus menunjukkan ketegarannya.
Tatkala pasukan Jerman mulai berkampanye untuk "memindahkan" semua orang Denmark keturunan Yahudi, keluarga Johansen menolong sahabat Annemarie, Ellen Rosen... Ellen dan Annemarie harus berpikir cepat ketika tiga perwira Nazi datang suatu malam dan menanyakan mengapa Ellen tidak berambut pirang seperti saudara perempuannya yang lain...
Komentar:
Buku ini sedikit mengingatkan saya pada buku-buku yang banyak di perpustakaan SD saya dulu yang settingnya pra-kemerdekaan tentang heroisme anak-anak/pemuda dalam perang (sebagian tidak masuk akal). Bedanya, buku di SD dulu, pesan nasionalisme dan cinta negara sangat mendominasi, sedangkan di buku ini lebih menekankan tentang persaudaraan manusia, di samping tema kepahlawanan bangsa yang disampaikan dengan lebih halus.
Tentang cerita, separuh awal buku datar-datar saja karena masih menata suasana dan latar belakang Denmark tahun 1943, serta pengenalan karakter, baru setelah itu adegan memuncak karena ada pertanyaan yang bikin penasaran: "Ada rahasia apa sih?" yang baru terjawab di akhir buku.
Walaupun bersetting suasana perang, buku ini tidak mengeksploitasi kekejaman perang secara vulgar. Mungkin karena buku anak-anak kali ya.
Label: historical, resensi, translation
KEAJAIBAN UNTUK ILA
Penulis: Anindita
Penerbit: DAR Mizan, Bandung, Juni 2005, 124 hal
ISBN: 979-752-262-8
(Pemenang 1 Seyembara Menulis Novel Anak Islama DAR Mizan 2005)
Dari sampul buku:
Baru beberapa saat Ila mengenakan tas baru hadiah... tiba-tiba, bencana dahsyat itu datang! Air laut yang meluap menelan sebuah pohon yang paling besar di dekat lapangan bola dengan mudah. Juga menelan rumah bertingkat tiga milik Meutiah, teman Ila yang bapaknya paling kaya di kota tersebut. Tak hanya benda mati, dinding air itu pun menelan satu demi satu orang-orang yang berlari di dekatnya juga binatang ternak. Dan kini...
Ila tidak sedang tidur di ayunan sarung di tengah rumahnya. Tetapi, ia sedang terapung-apung sambil memeluk sebuah papan pintu dengan air di sekelilingnya. Ila lapar. Haus. Ilu rindu ayah, ibu, juga kakek.
Akankah keajaiban datang kepada Ila? Baca aja, yuk, dijamin suka, deh!
Komentar saya:
Ya benar, cerita ini berlatar belakang musibah tsunami di Aceh, tapi dari sudut pandang seorang anak bernama Ila yang hanyut terpisah dari keluarganya. Penulis berhasil membawakan kisah dengan kacamata yang sangat anak-anak.
Buku ini sangat bagus untuk memberikan bahan berpikir bagi anak dalam memaknai musibah baik besar maupun kecil, serta tentang sabar dan bagaimana berbaik sangka pada Allah.
Label: general fiction, resensi
MONSTER PEMAKAN TEMBOK (DONGENG ANET #1)
Penulis: YF. Sarbini
Penerbit: Sangga Buana, Agustus 2005, vi + 86 hal
Genre: fiksi ilmiah/fantasi
ISBN: 979-99898-0-9
Dari sampul buku:
Diandra suka sekali menonton film kartun yang menceritakan makhluk-makhluk aneh yang lucu. Dia selalu mengkhayal bisa memiliki salah satu makhluk itu dan berpetualang bersamanya.
Hingga pada suatu hari, khayalannya menjadi kenyataan. Bersama teman-temannya, ia menemukan sebutir telur aneh di rumah kosong milik seorang ilmuwan gila yang konon sudah ditangkap polisi dan mati dipenjara. Dari telur itu keluar makhluk aneh dan lucu berwarna pink, yang langsung saja dijadikan hewan peliharaan oleh Diandra.
Semula makhluk itu memang tidak menimbulkan masalah apapun, hingga akhirnya ia beranak-pinak dan turunannya itu menjelma menjadi makhluk buruk rupa berbulu coklat kasar yang menimbulkan teror seluruh kota...
Komentar saya:
Membaca adegan-adegan aksi dalam buku ini serasa menonton film-film monster/alien yang menyerang kota, lengkap sampai bagian penutup yang menceritakan bahwa ada satu buah telur yang tertinggal tanpa diketahui seorang pun. Tapi semuanya terasa pas-pas saja, karena justru cerita ini ibarat menyindir si tokoh Diandra yang memang suka sekali menonton acara jenis itu, sehingga ketika ia dihadapkan pada situasi seperti itu di kehidupan nyata, rupanya malah penuh bahaya dan tidak mengasyikkan.
Yang paling saya sukai tentu saja monster imuuut yang pink. Seandainya ada yang tidak beranak-pinak dan tidak tumbuh jelek, saya juga mau pelihara satu!
Ada karakter tiga anak lain temannya Diandra, ditambah seekor kakatua, tapi dalam cerita ini lebih ditonjolkan Diandra, mungkin yang lain di buku lain, karena dari kata pengatar akan ada buku lain dari serial ini.
Makhluk Gerbang Sekolah
Penulis: Imam Risdiyanto
Penerbit: DAR! Mizan, Desember 2004, 96 halaman
ISBN: 979-752-127-3
Buku ini menceritakan tentang perubahan tiga orang anak nakal bernama Tejo, Anas, dan Anwar menjadi anak yang baik. Dulunya mereka menjaga gerbang sekolah pada pagi harinya untuk menggangu atau merebut bekal dan uang anak lain. Dimulai dari Tejo yang adalah sang bos, mereka berubah dan akhirnya meminta maaf pada murid-murid yang lain. Cuma, selanjutnya muncul anak-anak lain, yang menggantikan Tejo, Anas, dan Anwar menjaga gerbang, anak-anak yang lebih menakutkan, yang lebih galak... (untuk kelanjutannya, baca sendiri ya!)
Yang saya suka:
1. Cerita ini tentang anak-anak nakal (pemeras anak lain) dari pandangan ketiga anak nakal tadi. Jadi pembaca bisa tahu, bahwa anak-anak nakal tetaplah anak-anak yang punya perasaan, kehidupan sehari-hari, keinginan, pertemanan/setia kawan, rasa senang dan sedih, serta hal-hal manusiawi lainnya. Tejo dikatakan menimba air pagi dan petang serta mengurusi adik-adiknya di rumah (hal 45). Latar belakang mengapa mereka menjadi nakal juga diceritakan.
2. Istilah “makhluk gerbang sekolah” dan “penjaga gerbang sekolah”. Unik.
3. Ide Tejo mengalahkan Fadil boleh juga. Cerdik, dan lucu.
Yang saya kurang suka:
1. Penyebab Tejo insyaf dijelaskan ringkas sekali, padahal menurut saya lebih cocok kalau lebih dieksploitasi.
2. Di tengah-tengah, dikatakan Tejo dkk cuma mengambil sebagian saja dari bekal korban (hal 47), tapi mengapa di awal tidak kentara (hal 17-19), dan malah kesannya semua bekal korban diambil dan mereka jahat banget. Jadi saya sebagai pembaca rasa dibohongi gitu lho.
Komentar lain:
1. Tidak jelas Tejo dkk duduk di kelas berapa, tapi saya menebak kelas 6 (atau saya kurang teliti?). Tapi kalau pembaca bisa menebak benar, tidak apa-apa kok tidak disebutkan secara eksplisit.
2. Meskipun diceritakan sebab-musabab Tejo dkk jadi “penjaga gerbang”, kapan itu terjadi tidak jelas, apakah beberapa bulan yang lalu, atau tahun lalu, atau beberapa tahun lalu. Atau ini tidak penting, ya?
Label: general fiction, resensi
Anak-Anak Gang Buntu No. 1 (The Family from One End Street)
Eve Garnet
Penerbit Liliput, Februari 2005, 230 halaman
Buku ini menceritakan keluarga yang sepintas tampak biasa saja. Ayah adalah tukang sampah, ibu tukang cuci pakaian, dan anaknya ada tujuh! Tapi ketika membacanya, segala sesuatu jadi tidak biasa. Pertama, saya suka ketawa dengan tingkah anggota keluarga ini, padahal ini bukan buku cerita komedi. Maksudnya kelucuan2nya alami, tidak konyol atau garing. Kedua, anak-anaknya sangat "anak-anak" dan para orang tuanya kadang bertingkah seperti anak-anak juga. Begitu manusiawi.
Dalam buku ini, tiap anak mendapat sorotan, tapi tetap dibingkai dengan keluarga besar mereka. Lily Rose yang tertua merusakkan salah satu selendang cucian ibunya. Kate yang pintar mendapat beasiswa sekolah unggulan, tapi bermasalah dengan seragamnya. Jim dan John menjadi anggota Gerombolan Tangan Hitam, dan diharuskan mencari petualangan (bab favorit saya). Jo gemar nonton Mickey Mouse, tapi berhubung keluarganya miskin, tidak punya uang untuk nonton. Lalu, William si bungsi ikut lomba bayi sehat.
Dari segi penceritaan, kadang tokoh suka melamun memikirkan berbagai hal kesana kemari sampai saya lupa tadi ceritanya sampai mana. Lalu kalimat maupun paragraf kadang panjaaaaang sekali, untunglah narasi tetap mulus. Tapi jadi membuat saya berpikir, anak-anak kuat nggak ya membacanya?
Tapi sayangnya, karena buku ini termasuk tua (aslinya terbitan 1937), beberapa kondisi/budaya masyarakat Inggris saat itu tidak diberi penjelasan, seperti sistem keuangan saat itu yang masih menggunakan shilling, penny, crown. Tentang terjemahan, ada beberapa istilah yang diterjemahkan apa adanya. Seperti vicar menjadi Vikaris, padahal mungkin pembaca Indonesia lebih mengenal istilah pendeta. Lalu ada frase/kalimat tertentu yang membuat saya berhenti dan mengerutkan kening, seperti "mengenakan pengganjal dan sabuk" (hal 104) sebagai bagian dari pakaian. Apa itu? Jadi sayang, penceritaan yang lancar jadi terhenti gara-gara masalah seperti itu.
Bagi yang ingin mencari contoh penggambaran kehidupan keluarga dengan ringan, buku ini wajib baca. Demikian pula bagi yang ingin mengenang masa kecil. Ceritanya sederhana, tidak ada hal-hal yang heboh sekali. Tapi yang sangat realistis adalah perilaku tokohnya sehari-hari. Meski latarnya di negeri lain dan jaman dulu pula, sifat-sifat anak yang selalu ingin tahu, mencoba hal-hal baru, nakal sedikit, dan banyak akal, tidak pernah berubah kapan pun.
Label: classics, general fiction, resensi, translation
Miranda: Jangan Ambil Nyawaku (Cloning Miranda)
Carol Matas
Kaifa, Oktober 2003,196 halaman
Buku ini tidak terlalu baru, tapi saya termasuk suka dengan isinya. Meskipun ditujukan buat remaja, buku ini mengangkat hubungan anak dengan orang tua, dan layak juga untuk konsumsi anak-anak, terutama yang pra-remaja.
Bagaimana rasanya jadi anak sempurna? Cerdas, cantik, sehat, pandai menari, kaya pula. Itulah Miranda. Ia anak sangat penurut, dan selalu berakal sehat. Sikapnya yang dewasa dan tidak pernah membantah membuat orang tuanya bangga padanya. Menjelang remaja, keadaannya ini membuat Miranda sendiri heran. Ia mulai menganggap dirinya aneh, karena tidak seperti anak lainnya.
Suatu hari, pandangan matanya kabur. Dokter menvonisnya menderita penyakit langka. Padahal ia belum pernah sakit sebelumnya. Ayah-ibunya bukan hanya kalang kabut, tapi mulai bertingkah aneh, seperti menutup-nutupi keadaan Miranda, menyembunyikan foto-foto, dan yang paling utama adalah berbohong. Setahu Miranda, mereka selalu terbuka apa adanya, tapi sekarang?
Dia akhir cerita Miranda mengetahui mereka rupanya berbohong SANGAT besar mengenai kehidupannya. Ia harus menghadapi kenyataan bahwa selama ini ayah-ibunya "menyihirkan" suatu kehidupan sempurna untuknya. Mengapa ia begitu pandai, sehat, baik, tidak ada kekuarangan apapun sebelumnya, rupanya ada penyebabnya. Dan rahasia itu terbongkar dengan menyakitkan, karena cara yang mereka tempuh salah.
Beberapa bagian buku ini cukup mencekam. Tahukan kalau misalnya saat baca buku misteri/nonton film, si tokoh utama dengan akalnya harus berjuang melewati "musuh", dan kita harap-harap cemas mendukungnya hanya dapat menonton? Nah rasanya seperti itu. Musuh/antagonis di sini adalah sang orang tua yang melakukan segala cara untuk menghalang-halangi Miranda menemukan kebenaran. Bagi saya, penulis berhasil menggiring rasa penasaran pembaca, sekaligus rasa haru.
Di buku ini ada: teman setia, ilmuwan "gila", klinik misterius, dan seperti judulnya, ada kloning. Kloning manusia. Saya tidak mau bilang hubungannya dengan kloning di mana. Silakan dibaca sendiri. Semua itu diramu bersama konflik dengan orang tua menjadi buku yang unik. Endingnya pun, walaupun bukan 100% baik-baik saja, menurut saya paling memuaskan. Yang jelas saya tidak bisa memikirkan yang lebih baik.
Unsur medis, meski unsur yang cukup penting, tidak menjadikan buku ini berat dibaca. Penjelasan tidak ribet-ribet, makanya pembaca awam pun bisa mengerti. Tentang kloning manusia, penulis membawakan tema yang kontroversial ini dengan netral. Pada keseluruhan memang tersirat bahwa (secara duniawi) kloning tidak seindah yang kelihatan di mata, masih banyak kelemahan-kelemahan teknologi ini. Tapi ini terserah pembaca, mau berpikiran apa karena yang jadi sorotan dalam buku ini adalah, orang tua yang atas nama cinta jadi berpikiran sempit.
Label: fantasy, resensi, sf, translation
Judul : Kisah Despereaux
Judul asli : The Tale of Despereaux
Pengarang : Kate DiCamillo
Penerbit : Gramedia, Januari 2005, 280 halaman
ISBN : 979-22-1184-5
A. Sinopsis Cerita
Buku ini terdiri dari empat bagian. Tiga bagian pertama masing-masing fokus
menceritakan satu tokoh utama yaitu Despereaux (seekor tikus kastil),
Chiaroscuro (seekor tikus got yang tinggal di bawah kastil), dan Miggery Sow
(seeorang gadis pelayan bodoh yang bermimpi menjadi putri). Sedangkan bagian
keempat, menggabungkan konflik semua karakter.
Bagian I. Lahirnya si Tikus
Pada suatu malam di sebuah kastil, Despereaux lahir. Ia secara fisik agak
berbeda dari rekannya tikus kastil yang lain. Ia bertubuh sangat kecil, dengan
telinga yang besar. Dari segi minat dan keinginan ia juga berbeda. Keluarganya
mencoba mengajarinya hal-hal yang dilakukan tikus, tapi ia senang membaca buku
cerita di perpustakaan Raja. Ia juga senang mendengarkan lagu. Dan yang paling
parah, ia jatuh hati pada Putri Pea dan membiarkannya menyentuhnya.
Aturan kaum tikus tidak memboleh tikus terlihat oleh manusia. Dan karena
dianggap sudah melewati batas, Despereaux dihukum ke ruang bawah tanah. Hukuman
ini sama saja dengan hukuman mati, karena di ruang bawah tanah seekor tikus tak
berdaya seperti Despereaux bakal menjadi mangsa tikus-tikus got.
Tapi untung, ia diselamatkan oleh sipir penjara.
Bagian II. Chiaroscuro
Roscuro adalah seekor tikus got yang agak beda dengan tikus got yang lain. Ia
tinggal di penjara bawah tanah, tapi ia senang dengan cahaya. Seorang temannya
mengajarinya menyiksa tahanan, tapi Roscuro menyadari bahwa ia tidak
menyukainya. Akhirnya ia berjalan-jalan ke atas keluar dari bawah tanah. Saat
itu sedang ada pesta perjamuaan kerajaan.
Roscuro bergelantungan di atas lampu gantung, dan terjatuh ke dalam mangkuk sup.
Malang, mangkuk sup tersebut adalah milik Ratu. Ratu terkejut menemukan tikus
got dalam supnya, dan meninggal dunia karena syok.
Roscuro sakit hati dengan pandangan hina Putri. Ia baru sadar bahwa tikus got
adalah makhluk yang dibenci manusia. Tapi ia tidak terima, dan selanjutnya
ingin balas dendam pada Putri.
Sejak saat itu pula, sup dan tikus got dilarang oleh Raja.
Bagian III. Buset! Kisah Miggery Sow
Tak lama setelah ibunya meninggal, Mig dijual ayahnya seharga segenggam rokok,
selembar taplak meja, dan seekor ayam betina. Harga yang murah bukan? Ia
menjadi budak yang siang malam disiksa "Paman" yang membelinya. Suatu hari
rombongan kerajaan lewat. Indahnya dan bahagianya Putri Raja tiba-tiba membuat
Mig ingin menjadi Putri juga. Tapi tentu saja tidak ada yang peduli terhadap
keinginannya tersebut. Ia dimarahi karena "ngomong ngawur" (hal 143).
Suatu hari, Mig dibawa ke istana dan menjadi pelayan di sana. Karena bodoh dan
tuli, ia gagal melaksanakan tugas apa pun. Akhirnya ia hanya disuruh mengantar
makan siang ke sipir penjara bawah tanah. Pelayan-pelayan yang lain takut pergi
ke sana.
Di sana ia bertemu Roscuro. Roscuro bisa mengambil hati Mig, karena ia sopan dan
tahu angan-angan Mig yang ingin menjadi putri. Roscuro membisikkan rencana
jahat ke telinga Mig, agar ia dapat bertukar tempat dengan Putri.
Di sana juga, ketika selesai makan, sang sipir menyelundupkan Despereaux lewat
baki yang dibawa Mig. Karena itu, Despereaux berhasil bebas dari ruang bawah
tanah, dan juga mendengar rencana Roscuro dan Mig.
Bagian IV. Dalam Cahaya Lagi
Berhasilkan Despereaux menggagalkan rencana Roscuro dan Mig? Silakan baca
sendiri. Yang jelas semuanya berakhir dengan bahagia.
B. Komentar Saya
1. Salah satu tema yang sangat mendominasi dalam buku ini adalah harapan/impian,
terutama yang berbeda dari orang lain. Pengarang mampu menuangkannya dalam
cerita indah yang menyentuh, sehingga pembaca mampu memahami perasaan-perasaan
tokohnya.
Seperti Despeareaux, berbeda dari tikus-tikus yang lain, ia menyukai cerita
dalam buku dan jatuh hati pada sang Putri, sampai akhirnya ia dihukum oleh
kaumnya. Hukumannya tak tanggung-tanggung, yaitu dimasukkan ke bawah tanah
(agar mati di tangan tikus-tikus got yang ganas). Tapi ia tetap yakin bahwa
dirinya tidak salah.
Roscuro terpesona pada cahaya, padahal tikus got pada umunya tempatnya adalah di
bawah tanah, di mana hampir tidak ada cahaya. Ia diolok-olok oleh Botticeli
temannya (hal 92-93) dan dihina oleh manusia-manusia di atas yang menganggap
tikus got layaknya cuma di bawah tanah.
Sedangkan Miggery Sow, kontras dengan hidup sehari-harinya yang tidak bahagia
dan selalu disiksa, bermimpi menjadi putri. Ketika Roscuro menawarkan rencana
untuk bertukar dengan putri, Mig percaya saja dengan tipuan Roscuro.
Tiap orang pasti punya impian-impian yang terasa bodoh, mungkin bahkan
impian-impian yang tidak dimengerti orang lain, baik yang cuma sebentar maupun
bertahan lama. Waktu kecil dulu, saya ingat sekali tidak dibolehkan menonton
atlet bulutangkis di TV terlalu malam karena besoknya sekolah, jadi saya
berangan-angan nanti kalau sudah lebih tua bisa menonton bulutangkis sepuas
hati.
Saya juga sejak kecil, berangan-angan punya piano dan mahir memainkannya, tapi
orang tua saya belum mengabulkan. Tapi karena kemauan kuat, akhirnya saya
belajar dari buku, dan selanjutnya (setelah agak tua) berguru juga di lembaga
kursus sampai lumayan bisa, padahal sampai sekarang belum punya piano.
Sekarang mungkin salah satu harapan saya adalah menulis novel anak (hihihi....)
yang baik macam Pak Benny atau sekalian menulis best seller internasional
seperti JK Rowling (mimpi... mimpi...).
2. Penulis memasukkan unsur-unsur yang beragam, termasuk pengenalan terhadap
tema-tema berat, antara lain:
a. Perbudakan (anak)
Dalam bagian ketiga, diceritakan pada saat berumur enam tahun Mig dijual ayahnya
pada seorang laki-laki untuk dijadikan pelayan. Setiap hari tuannya Mig (yang
dipanggilnya "Paman") menyuruh Mig bekerja keras. Saking seringnya ia menjewer
telinga Mig sampai telinga Mig dideskripsikan seperti "kol" dan ia menjadi agak
tuli dan semakin bodoh. Karena ini untuk cerita anak, kesadisan sang Paman
tidak diekspos terlalu vulgar, tapi seorang pembaca (anak) sudah dapat
membayangkan hidup Mig yang menderita. Akhirnya, ketika diketahui petugas
kerajaan, Mig dibebaskan dari "Pamannya" dan dibawa ke istana menjadi pelayan
(dengan gaji).
b. Sakit hati
Kadang kita menyakiti hati orang lain, baik disadari/disengaja maupun tidak.
Cerita ini membawa pesan agar kita berhati-hati soal ini, karena luka yang
sudah dibuat biasanya susah disembuhkan.
Ketika Roscuro melihat Tuan Putri menunjuk ke arahnya dan berseru "Tikus got!",
Roscuro tiba-tiba menyadari betapa buruknya dan hinanya kata itu. Ketika sang
Ratu kaget menemukan Roscuro di supnya dan kemudian meninggal dunia, ekspresi
Tuan Putri yang jijik dan marah membuat Roscuro sangat sakit hati pada Tuan
Putri.
(Hal 118)
"Ekspresi ini, anak-anak, menghancurkan hati Roscuro.
Apakah kaupikir tikus got tidak punya hati? Salah. Semua makhluk hidup punya
hati. Dan hati makhluk hidup manapun dapat hancur."
Akhirnya, Roscuro berencana membalas dendam pada sang putri. Di sini pula
penulis menjelaskan dengan indah proses dalam hatinya sehingga kita bisa
mengerti mengapa Roscuro balas dendam.
(Hal 121)
"Ada hati, anak-anak, yang tidak pernah sembuh setelah hancur. Atau kalaupun
sembuh, hati itu menyembuhkan diri dengan cara yang aneh dan tidak wajar,
seakan diperbaiki tukang yang asal-asalan. Begitulah nasib Roscuro. Hatinya
hancur. Memungut sendok dan memasangnya di kepalanya, berbicara tentang balas
dendam, hal-hal ini membantunya menyatukan hatinya kembali. Tapi, malang,
hatinya bersatu, tapi tidak normal."
c. Memaafkan
Ketika Despereaux dihukum oleh kaumnya, keluarganya yang lain membenarkan saja.
Dan ini membuat Despereaux sedih. Rupanya ayahnya menyesal atas perlakuannya
itu. Ketika Despereaux bertemu lagi ayahnya, dengan perasaan yang masih kacau,
ia akhirnya menerima permintaan maaf sang ayah.
d. Kekuatan Tekad (dan Cinta)
Despereaux dengan berani berusaha menolong Putri dari rencana jahat Roscuro dan
Mig. Padahal peluangnya hampir tidak ada, mengingat Despereaux harus ke ruang
bawah tanah yang gelap dan melawan tikus got yang ukurannya beberapa kali lipat
tubuhnya.
Jika kau percaya bahwa sesuatu itu benar dan harus dilakukakan, maka
lakukanlah.
e. Cinta yang Salah terhadap Orang yang sudah Meninggal
Ketika Ratu meninggal dunia, Raja kehilangan akal sehat dan mengeluarkan aturan
yang tidak masuk akal. Ratu meninggal karena sup, maka Raja melarang sup di
wilayah kerajaannya, bahkan peralatan membuat sup pun dilarang. Padahal Putri
sangat rindu pada sup, dan koki istana juga rindu membuat sup.
(Hal 124)
"Tidak peduli betapa berkuasanya kau, tidak peduli berapa banyak kerajaan yang
kaukuasai, kau tidak dapat mencegah kematian orang-orang yang kaucintai."
f. Pengaruh Teman/Lingkungan
Sebenarnya Roscuro tidak jahat, tapi di awal bagian II, diceritakan bahwa ia
dipengaruhi oleh seorang teman/panutannya, Botticeli, seorang tikus got yang
suka membuat orang lain menderita.
g. Dan lain-lain
Masih banyak yang lain, mungkin rekan-rekan dapat mencarinya.
3. Banyak adegan cerita yang sebenarnya terjadi secara bersamaan, tapi di tempat
yang berbeda. Penulis memudahkan pembaca meletakkan waktu tiap alur cerita
(dalam timeline di kepala), misal ketika menceritakan Roscuro, diselipkan frase
seperti "...pada malam yang sama ketika Despereaux ...", dll, untuk mengaitkan
waktu terjadinya adegan satu dengan adegan yang lain.
4. Saya senang sekali analogi penulis yang menyamakan cerita dengan cahaya.
Despereaux "menghadirkan cahaya" pada sipir penjara yang kesepian dengan
bercerita kepadanya (hal 84-85). Dan ketika Despereaux hampir putus asa karena
takut menghadapi penjara bawah tanah, ia "membuat cahaya" dengan bercerita pada
dirinya sendiri untuk membangkitkan semangat (hal 240). Di bagian penutup,
penulis menyatakan bahwa ia berharap pembaca "menemukan cahaya" di buku ini.
5. Sup cukup sering disinggung dalam cerita ini. Tuan Putri disebutkan senang
dengan sup. Selain itu Roscuro, Despereaux, dan tikus got lainnya juga. Bahkan
Roscuro di akhir bisa membatalkan rencana jahatnya setelah ditawari sup. Dan
tidak tau mengapa, saya jadi pengen banget makan sup (nyam, nyam) setelah
membaca Bab 45 yang menceritakan koki istana yang diam-diam membuat sup
meskipun membuat sup masih terlarang.
6. Buku ini total terdiri dari 52 bab, jadi tiap bab cuma 2-6 halaman agar mudah
untuk dibaca anak-anak. Tiap beberapa bab ada ilustrasi. Despereaux dalam
ilustrasi imuuuuut banget, Roscuro jelek dan besar, sedangkan Mig gendut dan
bodoh.
7. Satu hal yang terasa janggal yaitu bagian ini (hal 30):
..Ia [Raja] menyipitkan mata. Raja rabun dekat; artinya apa pun yang tak berada
persis di depan matanya sulit dilihatnya.
Bukankah itu seharusnya rabun jauh? Sesuatu harus berada persis di depan mata
Raja agar dapat dilihatnya. Mungkin kesalahan dari pengarang, atau lebih
mungkin lagi kesalahan penerjemah. Setahu saya, kata short-sighted (?) sering
membuat rancu. Arti sebenarnya adalah "hanya dapat melihat yang dekat" = "rabun
jauh". Atau logika saya yang salah? Saya tidak punya edisi yang bahasa Inggris
jadi tidak bisa mengecek.
Tentang Raja yang "rabun dekat" juga disebutkan pada hal 216, yang dalam konteks
cerita harusnya rabun jauh.
C. Penutup
Buku ini memenangkan medali Newbery Book tahun 2004, yang merupakan penghargaan
tahunan paling bergengsi untuk buku anak di Amerika Serikat. Bagi yang suka
dongeng (seperti saya), mungkin akan suka dengan buku ini. Satu bagianl yang
sulit saya mengerti adalah, jatuh cintanya Despereaux pada Putri. Padahal
Despereaux adalah tikus biasa, dan Putri adalah putri manusia biasa. Tapi,
seperti sudah saya sebut di atas, siapa yang bisa benar-benar paham akan
harapan/impian terdalam hati seseorang?
Label: fantasy, resensi, translation
Penulis Buku Anak Indonesia
- Ali Muakhir
- Arleen Amidjaja
- Benny Rhamdani
- Chris Oetoyo
- Fahri Asiza
- Fifi
- I. B. G. Wiraga
- Imam Risdiyanto
- Orin
- Pipiet Senja
- Tria Ayu K
- Renny Yaniar
Penerbit Buku Anak Indonesia
- Beranda Hikmah
- C | Publishing
- DAR! Mizan
- Erlangga for Kids
- Gema Insani
- Gramedia PU
- Grasindo
- Liliput
- Little K (Qanita)
- Little Serambi
- Wortel Books
Blog yang memuat buku anak
Website untuk anak
Serba-serbi
Blog ini ditujukan untuk orang tua, pengajar, pustakawan, penulis, serta penggemar buku yang tertarik pada dunia buku anak.
Kritik dan saran harap disampaikan ke reniand[at]yahoo[dot]com.