SANG PENYIHIR BERAKSI
Judul Asli: Wizard at Work
Penulis: Vivian Vande Velde
Penerjemah: Evi Sofiawati
Little Serambi, Cet 1, Desember 2006, Jakarta, 180 halaman
ISBN 979-1112-06-1
Rp 19.900,00
Satu-satunya karya Vivian Vande Velde yang pernah saya baca adalah buku fiksi remaja "Jangan Percaya pada Orang Mati" (judul asli: "Never Trust a Dead Man") yang diterbitkan Grasindo di tahun 2003. Buku itu menggabungkan unsur cerita fantasi dan detektif dengan apik. Cuma sayangnya dahulu sampulnya tidak menarik ditambah penerjemahannya yang kadang kurang mulus. Sekarang Little Serambi memutuskan untuk menerbitkan karya Velde yang lain, kali ini untuk pembaca yang lebih muda, "Sang Penyihir Beraksi", dan untungnya tidak ada masalah mengenai desain sampul ataupun penerjemahan.
Seorang penyihir muda bekerja sebagai pengajar di sekolah sihir. Ketika libur, sebenarnya ia hanyalah seorang yang ingin bersantai di pondoknya, memancing, dan berkebun. Tetapi orang-orang dari berbagai negeri datang mengganggunya untuk meminta bantuan. Ada putri yang minta dibebaskan dari kurungan ibu tiri dan saudara tiri kejam. Ada kota yang diganggu sekelompok kuda bercula satu (=unicorn?). Ada Pangeran ingin menyelamatkan putri yang diculik naga. Ada seorang bangsawan yang diganggu hantu. Dan ada Raja dan Ratu yang ingin putrinya cantik dan menarik. Di akhir cerita, sang Penyihir menemukan kejutan untuk dirinya sendiri.
Yang membuat buku ini menarik adalah unsur-unsur dongeng (barat) yang banyak dipelintir. Ada bagian yang menceritakan tentang putri cantik yang (katanya) dikurung oleh ibu tiri kejam dan saudara tiri buruk rupa, rupanya kejadian sebenarnya tidak begitu. Kemudian ada juga mengenai cermin yang suka mengumumkan siapa yang paling cantik, asal asul tiga biji kacang yang dimiliki Jack, dlsb.
Selain itu sang Penyihir --yang entah mengapa penulis tidak memberitahu pembaca namanya-- memiliki karakter yang lucu. Ia sangat sarkastik dan suka menghakimi orang lain terlalu dini. Di bagian awal, seorang ibu menegurnya karena sifatnya ini. Walaupun selalu bersedia membantu orang lain dan banyak akal, dalam hatinya ia menggerutu karena merasa dimanfaatkan. Mungkin ini bisa dimaklumi karena sebenarnya ia ingin istirahat, di samping orang-orang yang dibantunya tidak pernah menunjukkan rasa terima kasih. Berikut ini kutipan (hal 75-76) ketika sang Penyihir duduk di gudang dan melihat ke luar jendela bahwa ada tamu mendekat:
'Seorang pangeran, pikirnya, karena anak muda itu menunggang kuda. Rakyat jelata biasanya berjalan kaki. Saat anak muda itu mendekat, ia bisa melihat pakaiannya yang terbuat dari satin dan sutra. _Ya_, pikirnya, _seorang pangeran_. Saat si tamu semakin mendekat, ia bisa melihat wajahnya yang congkak dan penuh percaya diri. _Ya_, pikirnya, _pastilah seorang pangeran_.'
Buku ini lebih seperti kumpulan cerita pendek dibanding sebuah novel. Memang ada bab pembuka dan ada bab penutup, tapi benang merahnya tipis. Seandainya ada yang menyelipkan satu atau dua bab tambahan di tengah, pembaca tidak akan tahu. Begitu pula jika bab mengenai kuda bercula satu atau bab mengenai kastil berhantu dibuang, pembaca juga tidak akan tahu. Karena tiap cerita hampir utuh sendirinya, maka bisa dibaca per bab jika tidak punya banyak waktu.
Bacaan ini cocok untuk kamu yang suka cerita fantasi ringan yang dibumbui humor. Buku lain yang sejenis dalam hal bersinggungan dengan dongeng-dongeng dengan 'twist' tak terduga baru-baru ini adalah "The Sisters Grimm: Petualangan Detektif Dongeng" oleh Michael Buckley, penerbit Qanita. Salah satu bedanya, "Petualangan Detektif Dongeng" adalah novel [serial], sedangkan "Sang Penyihir Beraksi" lebih mirip kumpulan cerita.
Label: fantasy, resensi, short stories, translation